Skip to main content

Pretest dan Postest Paru

lung distance 

Pretest Paru 29 April 2024
1. Sebutkan perbedann antara efusi pleura exudatif dan transudatif?
2. Apakah yang di sebut pemeriksaan succio hypocrates? dan pada kelainan paru apa?
3. Sebutkan beberapa kelainan paru yang pada perkusi didapatkan keredupan!
4. Suara bronchovesikuler pada orang sehat didapatkan dimana ?
5. Suara tambahan pada auskultasi disebabkan oleh apa saja?
6. Ciri-ciri suara pernapasan vesikuler & bronkial
7. Prinsip pengobatan penderita dengan haemoptoe profuse dan bagaimana caranya?
8. Apa yang dimaksud kategori I Tx TB (WHO)?
9. Jelaskan pengobatan pada empyema akut!
10. Bagaimana sifat-sifat riak penderita bronchiectasis?
11. B
Jawaban

1. Transudat VS Eksudat

  • Transudatif=warna jernih atau kuning jernih; eksudatif=warna keruh, purulen, berkabut, berwarna darah
  • Light's criteria: 2356 pada efusi pleura eksudatif
    • LDH pleura >2/3 UL serum LDH
    • Protein cairan pleura/serum protein >0.5
    • LDH cairan pleura/serum LDH >0.6
  • Eksudatif:
    • Protein >3g/100mL
    • pH <7.2
    • Glukosa <40 mg/dL
    • Sel >1000/mm3
  • Etiologi: 
    • Transudatif: peningkatan tekanan hidrostatik e.g. gagal jantung; penurunan tekanan onkotik plasma e.g. hipoalbuminemia e.c. sindroma nefrotik
    • Eksudatif: peningkatan permeabilitas kapiler atau penurunan drainase limfatik → trauma, infeksi, inflamasi, keganasan

2.  Succio (succucio) hypocrates

Succio (succucio) hypocrates adalah suara percikan pada toraks pada kasus hidropneumotoraks atau piopneumotoraks. Kondisi ini disebabkan adanya rongga besar yang mengandung udara dan cairan di paru-paru. 

An external file that holds a picture, illustration, etc.
Object name is 975_Fig1.jpg
Chest radiography showing left-sided hydropneumothorax with contralateral deviation of the left mediastinum and the presence of multiple thin-walled cavitated lesions on the right side ( 2018; 5(11): 000975.)

Pemeriksaan fisik → Pilih area yang diperkirakan mengandung udara dan cairan dengan perkusi dan letakkan stetoskop di sisi tersebut. Goyangkan pasien dari sisi ke sisi. Suara percikan akan terdengar pada auskultasi atau bahkan tanpa stetoskop.

3. Keredupan pada perkusi 

Bisa diakibatkan oleh adanya kelainan pada parenkim paru dan/atau pleura. Keredupan diakibatkan oleh tergantinya udara oleh cairan ataupun massa padat sehingga suara resonansi udara yang seharusnya dihasilkan oleh rongga berisi udara menjadi hilang (sonor → redup). Keredupan dapat terjadi misalnya pada proses konsolidasi e.g. pneumonia lobaris, proses fibrosis paru, massa ganas (parenkim); efusi pleura, empyema, Schwarte/fibrosis pleura (pleura).

4. Suara bronkovesikuler: 

Panjang inspirasi=ekspirasi; inspirasi&ekspirasi sama panjang, tidak ada gap, lebih keras dibanding suara vesikuler.
Lokasi: daerah peristernal dan interscapular (merepresentasikan bronkiolus) →  ICS 1 dan 2, interscapular (posterior).
Auscultation of lung sounds and murmurs

5. Suara tambahan 

Suara napas tambahan selalu bersifat patologis dan terjadi karena sekret, penyempitan, dan asinus yang terbuka (PPT Pemfis Paru Unair). 

Menurut "International Lung Sound Association 1976" suara napas tambahan dibagi menjadi diskontinyu dan kontinyu. Diskontinyu/tidak terus-menerus dibagi menjadi crackles halus dan kasar (di Indonesia terminologi yang lebih sering dikenal adalah ronki kasar dan halus), dan suara kontinyu/terus-menerus dibagi menjadi mengi dan rhonchi. Di Indonesia terminologi yang lebih sering dikenal adalah ronki kasar dan halus.

Contoh:
  • Ronkhi: adanya sekret pada airway (trakea dan bronkhi). Suaranya kasar, "krok-krok", low pitch, hilang dengan batuk/clearing airway. "Blowing air thru fluid". Suara terdengar saat ekspirasi. 
  • Crackles/~ronkhi halus: adanya sekret~transudasi/eksudasi, asinus yang terbuka; suara "kretek-kretek" halus, lembut, high/low pitch, utamanya pada basal paru. Suara terdengar pada saat inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi rendah-tinggi. Ditemukan pada pneumonia, edema paru, tuberkulosis, bronkitis.
  • Wheezing: adanya penyempitan pada airway. Suara high pitch, musical sound, "ngik-ngik". Terdengar di seluruh lapang paru. Pada asma lebih dominan pada fase ekspirasi (resistensi airway tinggi), PPOK, benda asing.

Auscultation of lung sounds and murmurs

6. Lihat pembahasan no. 4 di atas.

7. Hemoptoe-batuk darah

Hemoptoe diklasifikasikan menjadi non-masif dan masif berdasarkan laju perdarahannya. 

  • Batuk darah non-masif: <100/24 jam (satu gelas air mineral kecil).
  • Batuk darah masif: 200-1000 ml/24 jam → >600 ml/24 jam. Perdarahan >400 cc dalam ruang intraalveolar sudah menimbulkan ggn. pertukaran gas, mesikipun belum terjadi hemodynamic compromise.
Tata Laksana
  • Tujuan utama: mencegah aspirasi, menghentikan perdarahan, mengobati penyakit dasar.
  • Prinsip ABCDE
  • Prinsip utama dibagi menjadi 3 tahap "airway and stabilize, find source and cause, stop and prevent bleeding"
    • Tahap 1: menjaga jalan napas dan stabilisasi penderita
    • Tahap 2: jika pasien sudah stabil, mencari tahu sumber dan penyebab perdarahan
    • Tahap 3: menghentikan perdarahan dan mencegah perdarahan berulang, dengan terapi spesifik
  • Teknis: 
    • Tenangkan dan beritahu penderita agar jangan takut untuk membatukkan darahnya. Penderita diposisikan sedikit trendelenberg terutama bila refleks batuknya tidak adekuat.
    • Lakukan pemantauan kesadaran, tanda vital yaitu tekanan darah, frekuensi nadi, laju pernapasan, dan saturasi oksigen, serta pantau jumlah darah yang dibatukkan.
    • Jaga agar jalan napas tetap terbuka. Pasien yang mengalami kemungkinan sumbatan jalan napas perlu dilakukan pengisapan/suction.
    • Pemberian oksigen dengan kanul atau masker bila jalan napas bebas hambatan/sumbatan. Bila pasien mengalami desaturasi, maka perlu dilakukan intubasi. Endotracheal tube dipilih ukuran diameter yang besar agar dapat digunakan pada bronkoskopi.
    • Pemasangan infus dilakukan untuk penggantian cairan maupun jalur pemberian obat parenteral dan transfusi bila diperlukan.
    • Pemberian obat hemostatik pada penderita batuk darah yang tidak disertai kelainan faal hemostatik mash terdapat perbedaan pendapat.
    • Obat dengan efek sedasi ringan dapat diberikan jika penderita gelisah.
    • Obat antitusif ringan dapat diberikan karena bila batuk berlebihan akan merangsang timbulnya batuk darah.
    • Transfusi darah diberikan jika hematokrit < 25-30 % atau Hb < 10 gr/dL. sedangkan perdarahan mash berlangsung.

8. OAT Kategori I  

Sputum positif baru terdiagnosis atau pasien dengan sputum negatif dan kondisi penyakit berat. Regimen terapi: 2HRZE + 4HR


9. Tata laksana empyema akut (PUPK PDPI 2021)

Prinsip tata laksana pada setiap kondisi kegawatan adalah ABCDE, menstabilkan kondisi umum pasien, mencari tahu sumber dan penyebab kondisi akut, dan terapi definitif serta mencegah kekambuhan.

  • Medikamentosa
    • Pemberian antibiotik empirik
  • Non medikamentosa
    • Pemasangan chest tube dengan atau tanpa pemberian fibrinolitik intrapleura kombinasi tissue plasminogen activator (tPA) dan deoxyribonuclease (DNase)
    • Video assisted thoracoscopic surgery (VATS)
    • Drainase terbuka
    • Torakotomi dan dekortikasi

10. Sputum 3 lapis pada bronkiektasis 

Sputum tiga lapis terdiri dari lapisan atas berbusa, lapisan tengah yang jernih, dan lapisan bawah purulen yang kental. Lapisan bawah terdiri dari sisa-sisa sel dan kadang-kadang dapat terlihat juga sumbat Dittrich-massa berbau busuk berwarna keputihan abu-abu yang mengandung bakteri dan kristal asam lemak, yang biasanya terlihat pada penyakit paru supuratif.

Bronchiectasis three layers phlegm | CHEST FELLOW PMK


Comments

Popular posts from this blog

Catatan Belajar Paru: Bronkiektasis

Bronkiektasis Pendahuluan Bronkiektasis adalah suatu kondisi yang ditandai secara patologis oleh peradangan saluran napas dan dilatasi bronkus permanen , serta secara klinis oleh batuk, produksi dahak, dan eksaserbasi dengan infeksi saluran pernapasan berulang. Definisi Bronkiektasis adalah kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan permanen akibat rusaknya komponen elastik dan muskular dinding bronkus. Epidemiologi 1. P revalensi bronkiektasis non-cystic fibrosis diperkirakan sebesar 52 kasus per 100.000, dengan jumlah total kasus diperkirakan lebih dari 110.000 di Amerika Serikat.  2. Studi yang lebih baru menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi yaitu 139 kasus per 100.000 orang.  3. Prevalensi bronkiektasis meningkat seiring bertambahnya usia dan tampaknya lebih umum pada wanita (1,3 hingga 1,6 kali lebih tinggi) dan orang Asia (2,5 hingga 3,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang Kaukasia dan Afrika Amerika).  Etiologi Bronkiektas...

Acute bronchitis and CAP: Basic and Updates from ATS/IDSA

Acute bronchitis Definition: inflammation of the large airways without evidence  of pneumonia Epidemiology: approx 5% of adults develop one in a year, with high burden on the management of cough, its main symptom. Common in fall and winter. Etiology: Viruses (90%): rhinovirus, coronavirus, parainfluenza. respiratory syncytial virus. HMPV, influenza.  Bacteria: B. pertussis, M. pneumonia, Chlamydia pneumoniae (in immunocompetent); Moraxella catarrhalis, H. influenzae, S. pneumoniae (COPD/smokers) H&P: Cough , with/wo sputum , lasting 10-20 days sometimes 1 mo. Headache, rhinorrhea, systemic symptoms. Fever +/- Sputum purulency DOES NOT define bacterial infection or benefit from antibiotic therapy Must be differentiated with: pneumonia, asthma exacerbation, COPD, CHF In elderly, cxr and simple labs may be needed Tx: Supportive; routine antitussive, steroids, and BD not recommended Red flags: hemoptysis, worsening dyspnea, weight loss, difficulty swallowing, persistent fever...

Sistem Kardiovaskular

1.HIPERTENSI dengan ARITMIA (3B) Nyonya A, usia 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kepala sering terasa berat sudah satu minggu, disertai jantung terasa berdebar-debar sejak dua hari yang lalu. Sudah dua minggu pasien merasa gelisah dan tidur agak susah. Pasien suka makan asin. Tidak ada riwayat DM & Hipertensi sebelumnya. Ayah pasien meninggal karena stroke. Tidak ada demam, mual, muntah. Tidak ada keluhan lain. Hasil pemeriksaan fisik : Tensi 160/100, Nadi 112 x/menit, tidak teratur, RR 20x/menit, Suhu 37˚C, BB 60 kg, TB 150 cm, pemeriksaan paru normal, jantung tidak membesar, S1S2 tunggal, tidak ada murmur, irama jantung lebih cepat & tidak teratur. Status neurologis normal. Lain-lain dalam batas normal. Diagnosis dokter Hipertensi stage 2 dengan aritmia Berikan terapi farmakologi dengan penulisan resep sesuai kaidah yang benar ! Jelaskan alasan pemilihan obatnya! Resep dr. Danial Habri SIP 111239286 Jl. Kedung Sroko 48 Surabaya Surabaya, 7 Oktober 2024 R/ Tab. Cap...