Skip to main content

Seri Elektrolit dan Cairan: Terapi Cairan

وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ  اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ

“Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (al-Anbiya: 30)

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Fisiologi Keseimbangan Air dalam Tubuh

Cairan tubuh pada laki-laki adalah 60% dari total BB, sedangkan perempuan sekitar 50-55% (akibat kadar lemak yang lebih tinggi). Volume darah hanya sekitar 11-12% BB; pada laki-laki 66 ml/kgBB dan perempuan 60 ml/kgBB. 

 Body Fluid Compartments | Concise Medical Knowledge

Distribusi cairan tubuh manusia; hanya 1/5 dari total cairan ekstraseluler, yang merupakan 1/3 total komponen cairan tubuh, yang berada di dalam vaskuler.

Aktivitas osmotik dihasilkan oleh partikel solut/terlalut di dalam suatu larutan, yang secara langsung juga menggambarkan jumlah partikel terlarut. 

  • Osmolaritas=aktivitas osmotik per-volume larutan, dinyatakan dalam miliosmol/liter mOsm/L

Rumus osmolaritas

Posm = 2 [Na] + [glukosa]/18 + [BUN]/2.8

Gaya gerak air di antara 2 larutan yang berbeda aktivitas osmotiknya disebut aktivitas osmotik efektif yang dinyatakan dalam persamaan

Posm = 2 [Na] + [glukosa]/18

Keseimbangan air dipengaruhi oleh asupan dan ekskresi air. Asupan air diatur oleh rasa haus (yang pada dasarnya ditentukan oleh osmolaritas plasma), sedangkan ekskresi air diatur oleh ginjal atas pengaruh vasopresin/ADH. Pada orang sehat osmolalitas p;asma adalah 280 mOsm/kg, akan menekan sekresi ADH. Bila osmolalitas plasma naik >280 mOsm/kg, peningkatan tonisitas cairan ekstrasel 1-2%, atau penurunan cairan tubuh 1-2 L, akan ada rangsangan ke hipofisis posterior untuk menghasilkan ADH yang akan meningkatkan resorpsi air di tubulus distal. Ekskresi ADH dirangsang oleh keadaan hipovolemia dan hipotensi. 

Ketidakseimbangan cairan tubuh akan mengakibatkan:

  • Dehidrasi, bila asupan cairan berkurang sehingga tidak dapat mengatasi kehilangan air tubuh sehingga terjadi perpindahan air intraseluler ke ekstraseluler dan sel mengalami dehidrasi. Defisit cairan tubuh pada dehidrasi bisa dihitung dengan rumus: 
    • Defisit cairan=0,4 x BB (Na plasma/140-1)
  • Intoksikasi air terjadi bila asupan air terlalu banyak dan cepat disertai gangguan produksi urin sehinga terjadi pengenceran cairan tubuh, kadar Na ekstrasel menurun dan air akan masuk ke dalam sel membuat sel menjadi bengkak. Bila pembengkakan ini terjadi di otak akan mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan kematian.
  • Udem/edema yaitu pembengkakan jaringan akibat akumulasi cairan.
Sumber kehilangan air dan elektrolit tubuh: gaster misal muntah atau aspirasi gaster (terjadi kehilangan asam shg terjadi alkalosis metabolik), pankreas atau sal. empedu (kehilangan basa sehingga terjadi asidosis metabolik), melalui usus misal ileostomi atau diare (akan terjadi hipokalemi, dehidrasi, dan hipotensi).

Pendekatan Diagnosis pada Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh

  • Bila volume darah berkurang >30% dapat terjadi hipotensi pada posisi berbaring (TD sistolik <90 mmHg)
  • Perubahan frek. nadi dan TD sistolik dapat terjadi bila posisi berubah dari berbaring ke berdiri~hipotensi ortostatik, yakni frek. nadi akan meningkat sampai 30x/menit, dan TD sistolik akan menurun minimal 20 mmHg. Bila terjadi kehilangan darah 15-20%, nadi akan makin meningkat apabila pasien berdiri
Derajat Dehidrasi/Kehilangan Darah
  • Kelas I, kehilangan cairan/darah 15% (10 ml/kgBB) yang dengan segera akan digantikan cairan interstisial, sehingga volume darah/cairan tetap terjaga dan tidak ada gejala 
  • Kelas II, kehilangan cairan/darah 15-30% (10-20 ml/kgBB), akan terjadi penurunan volume darah tetapi TD akan tetap karena terjadi vasokonstriksi. Perubahan posisi berbaring-berdiri dapat merubah frek nadi dan TD; produksi urin juga dapat menurun menjadi 20-30 cc/kgBB dan vaskularisasi splanknik menurun
  • Kelas III, yaitu kehilangan cairan/darah 30-45% (20-30 ml/kgBB), akan mengakibatkan syok hipovolemik disertai hipotensi, oliguria (PU <15 cc/jam), dan penumpukan laktat (>2 mEq/L)
  • Kelas IV, yaitu kehilangan cairan/darah >45% (>30 ml/kgBB), mengakibatkan syok hipovolemik berat, ireversibel, dan fatal, hipotensi, oliguria (PU <5 cc/jam), produksi laktat >4-6 mEq/L, dan seringkali refrakter thd resusitasi cairan.
Gejala Klinis Dehidrasi sesuai Derajatnya

 

A

B

C

general appearance

well, alert

restless, irritable

lethargic or unconscious

eyes

normal

sunken

sunken

thirst

drinks normally, not thirsty

thirsty, drinks eagerly

drinks poorly, or not able to drink

skin turgor

goes back quickly

goes back slowly

goes back very slowly

Derajat dehidrasi menurut WHO; tanpa dehidrasi, dehidrasi sebagian, dehihdrasi berat.


assessment

fluid deficit as % of body weight

fluid deficit in ml/kg body weight

treatment

no signs of dehydration

<5%

<50 ml/kg

use treatment plan A

some dehydration

5-10%

50-100 ml/kg

use treatment plan B

severe dehydration

>10%

>100 ml/kg

use treatment plan C

Derajat Dehidrasi Berdasarkan Kehilangan Berat Badan, Osmolalitas, dan Kadar Sodium Darah

Classification of dehydration | Download Table

Kebutuhan cairan harian 

Rumus Holiday-Segar:
  • 10 kg pertama=100 cc/kgBB
  • 10 kg kedua (10-20 kg)=50 cc/kgBB
  • tiap kg berikutnya (>20 kg)=20 cc/kgBB

Cairan infuse | PPT



Resusitasi Cairan

Tipe cairan resusitasi
  • Cairan yang mengandung sel darah merah (packed red cells), berfungsi meningkatkan kadar Hb dan jumlah sel darah merah 
  • Cairan yang mengandung molekul besar, disebut koloid, berfungsi meningkatkan volume plasma/plasma expander: albumin, hetastarch, dextran, gelofusin
  • Cairan yang mengandung elektrolit dan molekul kecil lainnya, disebut kristaloid, digunakan untuk meningkatkan cairan ekstraseluler (interstisial dan intravaskuler)
Red Blood Cells
Packed red cell
Contents of a bag of packed red blood cells
Komposisi Packed red cell




CAIRAN KRISTALOID

  • Cairan kristaloid terdiri dari cairan kristaloid hipotonis, isotonis, dan hipertonis
  • berpindah dari intravaskuler->interstisial, kemudian didistribusikan ke komparteman ekstravaskular
  • Hanya 25 % cairan dari pemberian awal yang tetap berada di intravaskuler, sehingga membutuhkan volume 3-4x dari volume plasma yang hilang.
  • Pemberian cairan kristaloid untuk meningkatkan volume ekstrasel
  • Pemberian cairan kristaloid berlebihan dapat menyebabkan edema otak dan peningkatan tekanan intrakranial (akibat penurunan osmolaritas plasma)

Cairan Kristaloid diklasifikasikan ke dalam :

  • Cairan Hipotonis : Infus dengan tekanan osmotik lebih rendah dari cairan tubuh (osmolaritas dibawah 250 mOsm/L). Contoh : Aquadest, larutan 2,5% dextrose in water
  • Cairan Isotonik : Infus dengan tekanan yang sama seperti cairan tubuh. Cairan ini menetap dalam Cairan Ekstraselluler (osmolaritas 290-310 mOsm/L). Contoh : Normal Saline (NaCL 0,9 %), Ringer Laktat (RL), Ringer Asetat, Ringerfundin, Glucose 5%
  • Cairan Hipertonik : Infus dengan tekanan osmotik lebih tinggi dari plasma darah dimana air keluar dari Intraselluler dan masuk ke dalam plasma (osmolaritas diatas 375 mOsm/L).Contoh : NaCl 3 %, Glucose 10%, Dextrose 50 %

HIPOTONIS

  • Osmolaritas cairan < 240 mOsm/L
  • Cairan akan berpindah dari intravaskuler ke interstitial & intrasel
  • Resiko Hemolisis
  • Contoh : NaCl 0,45%, Ringer Asetat

ISOTONIS

  • Osmolaritasnya hampir sama dengan plasma (290-310 mOsm/L).
  • Bertahan di dalam intravaskuler dan kemudian berpindah ke interstitial/intrasel secara seimbang
  • Contoh : NS,RL,G5,Ringerfundin

HIPERTONIS

  • Memiliki osmolaritas lebih tinggi daripada plasma (>340 mOsm/L).Cairan-elektrolit dari intrasel & interstitial tertarik ke dalam kompartemen intravaskuler
  • Resiko terjadinya krenasi pd sel jika diberikan infus hipertonis secara cepat Contoh : G5RL,G5NS,G51⁄2NS,G10%,G40%,NaCl 3%,Manitol 10%

TERAPI CAIRAN KRISTALOID

A. Cairan Resusitasi pada Dehidrasi.

  • Cairan resusitasi pada pasien dehidrasi tergantung derajat dehidrasi.

Rumus cairan resusitasi = Derajat dehidrasi x kg BB

Derajat Dehidrasi

Dewasa

Anak

Dehidrasi ringan

4%

4% - 5%

Dehidrasi Sedang

6%

5% -10 %

Dehidrasi Berat

8%

10% - 15%

Syok

15% - 20 %

15% - 20%

Teknik pemberian cairan:

1. 50 % dari total cairan ( 3750 cc ) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya 50% dari total cairan (3750 cc) diberikan dalam 16 jam berikutnya.

2. Agar ganguan hemodinamik cepat teratasi maka 1 jam pertama diberikan 20 mL/kgBB, maka dalam 1 jam pertama diberikan 20 mL x 50 kg = 1000 mL.

Cairan resusitasi dikatakan berhasil bila:
a. MAP = Mean Arterial Pressure : ≥ 65 mmHg
b. CVP = Central Venous Pressure : 8-12 mmHg
c. Urine Output : ≥ 0,5 mL/ kgBB/jam
d. Central Venous (vena cava superior) atau Mixed Venous e.Oxygen Saturation ≥ 70%.
f. Status mental normal

TERAPI CAIRAN KRISTALOID

Cairan pada luka bakar menurut Formula Baxter.

  • Total Cairan : 4 cc x kgBB x LLB 1. 
  • derajat ringan : LLB < 15 %; derajat sedang : LLB 10  15%; derajat berat : LLB > 20 %
  • Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama dan sisanya dalam 16 jam berikutnya.

CAIRAN KOLOID

Koloid adalah:

  • cairan yang mengandung albumin dalam plasma,
  • tinggal dalam intravaskuler cukup lama (waktu tinggal 3-6 jam )
  • volume yang diberikan sama dengan volume darah.
  • memiliki sifat protein plasma sehingga cenderung tidak keluar dari membran

Koloid dalam pemberian harus dipantau sebab dapat berakibat overload cairan karena koloid akan memperluas kedalam intravascular lebih besar daripada jumlah cairan infus sehingga dapat menyebabkan Decompesatio Cordis (payah jantung).

Contoh cairan koloid : Gelofusine, HES (Hydroxyetyl Starches), Dextran, dan Gelatin


JENIS CAIRAN KOLOID
Berdasarkan hasil Penelitian SAFE Study bahwa : 
1. Non Protein Colloids :
  • Sebaiknya digunakan sebagai pilihan kedua pada pasien yang tidak respon terhadap Crystalloid.
  • Boleh digunakan dalam kasus kebocoran katub jantung atau edema peripheral. 
  • Cairan Non Protein yang digunakan : Hemohes 6 %, Pentastarch
2. Protein Colloids :
  • Seharusnya digunakan sebagai pilihan ketiga setelah Non protein colloids.
  • Bagi pasien lanjut usia yang tidak dapat toleransi menerima cairan dalam jumlah besar.
  • Beberapa untuk kasus diare yang albumin < 2 gr/dl.
  • Pasien Nephrotic Syndrom
  • Transplantasi hati dengan albumin < 2,5 gr/dl
  • Pasien DSS dengan trombosit < 5 000 .
  • Cairan Protein yang digunakan : Gelofudine 4 %, Lipofundin
Hasil utama studi SAFE: Pada pasien di ICU, albumin 4% (koloid) dan NS (kristaloid) menghasilkan outcome yang serupa setelah 28 hari.

PENGGUNAAN CAIRAN KOLOID

  • Resusitasi cairan pada penderita dengan syok hemorragic sebelum transfusi tersedia.
  • Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, mis: luka bakar.
  • Pasien post op yang mengalami gangguan plasma darah

ALBUMIN

  • Merupakan koloid alami dengan protein plasma 5% dan albumin manusia 5 dan 2,5%
  • Dapat digunakan pada kasus:
    • Pengganti volume plasma dan protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia, hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary by pass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancreatitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar, ARDS,
    • Pemberian Furosemide amp untuk menghindari penimbunan Albumin dalam tubuh.

RUMUS ALBUMIN

Menghitung kebutuhan Albumin terhadap pasien 

{ (Albumin target - Albumin sekarang ) x BB (kg) } x 0.8

Nilai normal Albumin : 3,5 - 4,5 gr/dl.

GELOFUSINE

Komposisi : mengandung 4% succinylated atau modified fluid gelatin, sodiumhydroxide dan water for injection.

Indikasi Gelofusin:

  • Pada pasien perioperatif, luka bakar dan trauma.
  • Sebagai penganti plasma darah sebelum transfusi darah tersedia.
  • Pasien yang DSS atau re-shock.

Reaksi Alergi dari Gelofusin menunjukkan gejala:

  • Kesulitan dalam menelan dan bernafas.
  • Lokasi pada kulit pemasangan menujukkan kemerahan atau reaksi kulit sensitif
  • Mual
  • Pusing
  • Tekanan darah menurun.


Rationale dan terapi cairan pada keadaan khusus (EIMED PAPDI)

Efikasi cairan resusitasi
  • Cairan koloid (dextran-40), merupakan cairan resusitasi yang efektif untuk meningkatkan curah jantung; dibanding dengan whole blood, dextran-40 lebih efektif 2x lipat, dibanding PRC 6x lipat, dan dibanding RL 8x lipat.
  • Cairan kristaloid terutama akan terdistribusi di ekstraseluler, sehingga hanya 25% volume cairan kristaloid yang diberikan tetap berada di dalam vaskuler.
  • Cairan koloid terutama kana terdistribusi di dalam pembuluh darah, sehingga 75% volume cairan koloid yang diinfuskan akan tetap berada di dalam vaskuler.
  • Setelah defisit cairan tergantikan dan curah jantung kembali normal, defisit Hb harus tetap dikoreksi dengan transfusi PRC.
Resusitasi cairan pada keadaan khusus
  • Perdarahan akut, resusitasi dengan PZ atau koloid sampai didapatkan PRC. Hati-hati! pemberian PZ berlebihan dapat menimbulkan asidosis metabolik hiperkloremik
  • Geriatri dan penderita gagal jantung memiliki risiko tinggi overload cairan
  • Pada penderita gagal hati/sirosis terdapat kelebihan Na dalam tubuhnya, maka harus diberikan album rendah Na atau cairan rendah Na sebagai maintenance
  • Pada penderita pankreatitis, harus diberikan resusitasi cairan agresif karena banyak cairan yang hilang ke ruang ketiga
  • Pada pasien dengan produksi urin yang berkurang, maka target produksi urin adalah >1ml/kgB/jam, min. 0,5 ml/kgBB/jam. 
  • Kecuali pada penderita gagal jantung/uremia, dapat dicoba pemberian 250-500 cc PZ dalam 1 jam pertama, awasi produksi urin dan tanda2 kelebihan cairan


Comments

Popular posts from this blog

Catatan Belajar Paru: Bronkiektasis

Bronkiektasis Pendahuluan Bronkiektasis adalah suatu kondisi yang ditandai secara patologis oleh peradangan saluran napas dan dilatasi bronkus permanen , serta secara klinis oleh batuk, produksi dahak, dan eksaserbasi dengan infeksi saluran pernapasan berulang. Definisi Bronkiektasis adalah kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan permanen akibat rusaknya komponen elastik dan muskular dinding bronkus. Epidemiologi 1. P revalensi bronkiektasis non-cystic fibrosis diperkirakan sebesar 52 kasus per 100.000, dengan jumlah total kasus diperkirakan lebih dari 110.000 di Amerika Serikat.  2. Studi yang lebih baru menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi yaitu 139 kasus per 100.000 orang.  3. Prevalensi bronkiektasis meningkat seiring bertambahnya usia dan tampaknya lebih umum pada wanita (1,3 hingga 1,6 kali lebih tinggi) dan orang Asia (2,5 hingga 3,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang Kaukasia dan Afrika Amerika).  Etiologi Bronkiektas...

Acute bronchitis and CAP: Basic and Updates from ATS/IDSA

Acute bronchitis Definition: inflammation of the large airways without evidence  of pneumonia Epidemiology: approx 5% of adults develop one in a year, with high burden on the management of cough, its main symptom. Common in fall and winter. Etiology: Viruses (90%): rhinovirus, coronavirus, parainfluenza. respiratory syncytial virus. HMPV, influenza.  Bacteria: B. pertussis, M. pneumonia, Chlamydia pneumoniae (in immunocompetent); Moraxella catarrhalis, H. influenzae, S. pneumoniae (COPD/smokers) H&P: Cough , with/wo sputum , lasting 10-20 days sometimes 1 mo. Headache, rhinorrhea, systemic symptoms. Fever +/- Sputum purulency DOES NOT define bacterial infection or benefit from antibiotic therapy Must be differentiated with: pneumonia, asthma exacerbation, COPD, CHF In elderly, cxr and simple labs may be needed Tx: Supportive; routine antitussive, steroids, and BD not recommended Red flags: hemoptysis, worsening dyspnea, weight loss, difficulty swallowing, persistent fever...

Sistem Kardiovaskular

1.HIPERTENSI dengan ARITMIA (3B) Nyonya A, usia 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kepala sering terasa berat sudah satu minggu, disertai jantung terasa berdebar-debar sejak dua hari yang lalu. Sudah dua minggu pasien merasa gelisah dan tidur agak susah. Pasien suka makan asin. Tidak ada riwayat DM & Hipertensi sebelumnya. Ayah pasien meninggal karena stroke. Tidak ada demam, mual, muntah. Tidak ada keluhan lain. Hasil pemeriksaan fisik : Tensi 160/100, Nadi 112 x/menit, tidak teratur, RR 20x/menit, Suhu 37˚C, BB 60 kg, TB 150 cm, pemeriksaan paru normal, jantung tidak membesar, S1S2 tunggal, tidak ada murmur, irama jantung lebih cepat & tidak teratur. Status neurologis normal. Lain-lain dalam batas normal. Diagnosis dokter Hipertensi stage 2 dengan aritmia Berikan terapi farmakologi dengan penulisan resep sesuai kaidah yang benar ! Jelaskan alasan pemilihan obatnya! Resep dr. Danial Habri SIP 111239286 Jl. Kedung Sroko 48 Surabaya Surabaya, 7 Oktober 2024 R/ Tab. Cap...