Skip to main content

Seri Elektrolit dan Cairan: Transfusi Darah

Transfusi Darah

Pertimbangkan keuntungan vs kerugian pemberian darah transfusi bagi pasien, karena risiko transfusi darah donor tetap ada walaupun telah dilakukan tindakan pencegahan thd reaksi transfusi atau infeksi menular lewat darah.


Transfusi Sel Darah Merah

Transfusi sel darah merah (PRC) digunakan untuk mengobati perdarahan dan meningkatkan suplai oksigen ke jaringan. Indikasi transfusi secara garis besar adalah ketika terjadi peningkatan oxygen demand.

Transfusi PRC harus didasarkan pada kondisi klinis pasien. Indikasi untuk transfusi PRC termasuk:

  • krisis sel sabit akut (untuk pencegahan stroke)
  • kehilangan darah akut lebih dari 1.500 mL atau 30 persen dari volume darah. 
  • pasien dengan anemia simptomatik harus ditransfusi jika mereka tidak dapat berfungsi dan beraktivitas normal tanpa mengobati anemia. 
    • Gejala anemia mungkin termasuk kelelahan, kelemahan, pusing, penurunan toleransi olahraga, sesak napas, perubahan status mental, kram otot, serta angina atau gagal jantung kongestif berat. 
  • Aturan 10/30—transfusi ketika pasien memiliki kadar hemoglobin kurang dari atau sama dengan 10 g per dL (100 g per L) dan kadar hematokrit kurang dari atau sama dengan 30 persen—digunakan hingga tahun 1980-an sebagai pemicu untuk transfusi, terlepas dari presentasi klinis pasien -> kini indikasi harus disesuaikan dengan pertimbangan kondisi klinis pasien

Keputusan untuk mentransfusi sel darah merah harus didasarkan pada penilaian klinis pasien dan responsnya terhadap transfusi sebelumnya, serta kadar hemoglobin.

  • Transfusi sel darah merah cenderung tidak tepat ketika kadar Hb > 10g/dL (bukti level I).  Jika sel darah merah diberikan pada kadar hemoglobin ini, alasan pemberiannya harus didokumentasikan dengan baik.
  • Transfusi sel darah merah mungkin sesuai ketika kadar Hb berada dalam rentang 7–10 g/dL (bukti level IV). Dalam kasus ini, keputusan untuk mentransfusi harus didukung oleh kebutuhan untuk meredakan tanda dan gejala klinis serta mencegah morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
  • Transfusi sel darah merah cenderung sesuai ketika kadar Hb < 7 g/dL (bukti level IV).Pada beberapa pasien yang asimtomatik dan/atau ketika terapi khusus tersedia, tingkat ambang batas yang lebih rendah mungkin dapat diterima.

Transfusi Sel Darah Merah pada Perdarahan Akut

Tidak semua pasien dengan anemia diberikan transfusi darah kecuali pasien dengan perdarahan akut. Pasien dengan perdarahan akut dikategorikan ke dalam 4 kelompok, yakni (misal pada pasien dengan BB 70 kg):

  • Perdarahan kelas 1: kehilangan darah s.d. 750 ml=s.d. 15% volume cairan tubuh
  • Perdarahan kelas 2: kehilangan darah 750-1500 ml=15-30% volume cairan tubuh
  • Perdarahan kelas 3: kehilangan darah s.d. 1500-2000 ml=30-40% volume cairan tubuh
  • Perdarahan kelas 4: kehilangan darah >2000 ml=>40% volume cairan tubuh
Pada pasien dengan perdarahan kelas 3 dan 4, transfusi darah donor merupakan keharusan, sambil ditentukan apakah perdarahan yang terjadi bersifat surgikal (perlu dihentikan dengan pembedahan) atau bukan. Pada pasien dengan perdarahan kelas 1 dan 2, transfusi darah donor harus dimintakan, tetapi disimpan dahulu di bank darah rumah sakit. Pada keadaan darurat,, untuk mengatasi kedaruratan (syok hemoragik) maka diberikan dulu donor darah tanpa ABO-Rhesus typing dan cross matching yakni golongan darah O dan Rh-.

Transfusi Restriktif vs Liberal?

Pada tahun 1999, sebuah uji klinis terkontrol acak multicenter mengevaluasi ambang batas transfusi yang restriktif (kadar hemoglobin 7 - 9 g per dL dibandingkan dengan transfusi yang liberal (kadar hemoglobin 10 - 12 g per dL pada pasien yang sakit kritis (N Engl J Med. 1999;340(6):409-417) 

  • Praktik transfusi restriktif menghasilkan penurunan relatif sebesar 54 persen dalam jumlah unit yang ditransfusikan dan penurunan angka kematian dalam 30 hari. 
  • Para penulis merekomendasikan transfusi ketika hemoglobin kurang dari 7 g per dL, dan mempertahankan kadar hemoglobin antara 7 hingga 9 g per dL. 
  • Sebuah tinjauan Cochrane yang baru-baru ini diperbarui mendukung penggunaan pemicu transfusi restriktif pada pasien yang tidak memiliki penyakit jantung.

Transfusi Sel Darah Merah pada Kondisi Khusus

Perdarahan saluran cerna

  • Tanpa faktor risiko dan warning sign atau disfungsi organ, kadar hemoglobin < 7 g/dL sering digunakan sebagai batas untuk transfusi ketika pendekatan restriktif diterapkan.
  • Transfusi RBC hanya boleh dipertimbangkan untuk pasien dengan kadar hemoglobin > 8 g/dL tetapi < 9 g/dL jika ada disfungsi organ (jantung, otak, paru-paru, atau hati). 
  • Volume darah yang ditransfusikan tidak boleh melebihi jumlah yang diperlukan untuk meredakan gejala anemia atau mencapai kadar hemoglobin 7–8 g/dL (yang juga dianggap aman untuk pasien stabil yang bukan pasien jantung). 
  • Poin penting yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa transfusi RBC tidak menggantikan kebutuhan terapi penggantian zat besi intravena, karena satu unit RBC hanya menyediakan tidak lebih dari 200 mg zat besi
Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis/CKD
  • Pada pasien yang memenuhi syarat untuk transplantasi organ, kami secara khusus merekomendasikan untuk menghindari, jika memungkinkan, transfusi sel darah merah guna meminimalkan risiko alosensitisasi. Dalam situasi klinis akut tertentu, kami menyarankan pasien ditransfusi ketika manfaat transfusi sel darah merah lebih besar daripada risikonya; ini termasuk:
    • Ketika koreksi anemia yang cepat diperlukan untuk menstabilkan kondisi pasien (misalnya, perdarahan akut, penyakit arteri koroner yang tidak stabil)
    • Ketika koreksi Hb pra-operatif yang cepat diperlukan

Transfusi Trombosit

Indikasi: pencegahan dan pengobatan perdarahan akibat trombositopenia atau disfungsi trombosit
  • Untuk pasien yang stabil dan tidak mengalami perdarahan serius, ambang batas untuk transfusi trombosit profilaksis adalah < 10.000
  • Untuk pasien dengan penyakit sumsum tulang, sepsis, atau kondisi tidak stabil dengan perdarahan aktif yang terkait dengan trombositopenia, ambang batasnya adalah 15-20.000
  • Pasien dengan perdarahan yang mengancam jiwa di toraks atau kepala ditransfusi pada ambang 30-50.000
  • Profilaksis untuk operasi: 25.000 untuk pemasangan kateter multi-lumen, dan 50.000 untuk operasi besar (grade B, III).
  • Aspirasi sumsum tulang dapat dilakukan tanpa transfusi (grade C, IV).
  • Prosedur invasif: 50.000
  • Operasi di lokasi kritis: 100.000 (grade C, IV).
  • DIC kronis: Pada DIC kronis tanpa perdarahan aktif, tidak ada indikasi untuk transfusi.
  • DIC akut: Pertahankan kadar trombosit > 50.000
  • ITP (Immune Thrombocytopenic Purpura): Transfusi trombosit harus disediakan untuk pasien dengan perdarahan yang mengancam jiwa dari saluran pencernaan (GI), saluran genitourinari, dan sistem saraf pusat. Pengobatan lain seperti metilprednisolon dan IVIG harus dimulai terlebih dahulu.

Transfusi Plasma

1 unit FFP (Fresh Frozen Plasma) mengandung semua faktor koagulasi.

Indikasi: 
  • Pasien dengan koagulopati yang mengalami perdarahan atau berisiko perdarahan dan di mana terapi spesifik tidak sesuai.
  • Transfusi masif, bypass jantung, penyakit hati, DIC akut.
  • Overdosis warfarin, ketika PCC (Prothrombin Complex Concentrates) tidak tersedia.
  • Purpura Trombositopenik Trombosis (TTP).
  • Dosis: 10-15 ml/kg per dosis.

WHO PRINCIPLES for the Clinical Use of Blood Component

  • Transfusion is only one element of patients management
  • Prescribing decisions should be based on the national guidelines on the clinical use of blood components, taking individual patient needs into account.
  • Blood loss should be minimized
  • Patients with blood loss should be rescucitated, while transfusion need is being assessed
  • Aware the risk for transfusion
  • Benefits outweigh the risks
  • Clinician should record the reason for transfusion
  • A trained person should monitor transfusion












Comments

Popular posts from this blog

Catatan Belajar Paru: Bronkiektasis

Bronkiektasis Pendahuluan Bronkiektasis adalah suatu kondisi yang ditandai secara patologis oleh peradangan saluran napas dan dilatasi bronkus permanen , serta secara klinis oleh batuk, produksi dahak, dan eksaserbasi dengan infeksi saluran pernapasan berulang. Definisi Bronkiektasis adalah kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan permanen akibat rusaknya komponen elastik dan muskular dinding bronkus. Epidemiologi 1. P revalensi bronkiektasis non-cystic fibrosis diperkirakan sebesar 52 kasus per 100.000, dengan jumlah total kasus diperkirakan lebih dari 110.000 di Amerika Serikat.  2. Studi yang lebih baru menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi yaitu 139 kasus per 100.000 orang.  3. Prevalensi bronkiektasis meningkat seiring bertambahnya usia dan tampaknya lebih umum pada wanita (1,3 hingga 1,6 kali lebih tinggi) dan orang Asia (2,5 hingga 3,9 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang Kaukasia dan Afrika Amerika).  Etiologi Bronkiektas...

Acute bronchitis and CAP: Basic and Updates from ATS/IDSA

Acute bronchitis Definition: inflammation of the large airways without evidence  of pneumonia Epidemiology: approx 5% of adults develop one in a year, with high burden on the management of cough, its main symptom. Common in fall and winter. Etiology: Viruses (90%): rhinovirus, coronavirus, parainfluenza. respiratory syncytial virus. HMPV, influenza.  Bacteria: B. pertussis, M. pneumonia, Chlamydia pneumoniae (in immunocompetent); Moraxella catarrhalis, H. influenzae, S. pneumoniae (COPD/smokers) H&P: Cough , with/wo sputum , lasting 10-20 days sometimes 1 mo. Headache, rhinorrhea, systemic symptoms. Fever +/- Sputum purulency DOES NOT define bacterial infection or benefit from antibiotic therapy Must be differentiated with: pneumonia, asthma exacerbation, COPD, CHF In elderly, cxr and simple labs may be needed Tx: Supportive; routine antitussive, steroids, and BD not recommended Red flags: hemoptysis, worsening dyspnea, weight loss, difficulty swallowing, persistent fever...

Sistem Kardiovaskular

1.HIPERTENSI dengan ARITMIA (3B) Nyonya A, usia 45 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kepala sering terasa berat sudah satu minggu, disertai jantung terasa berdebar-debar sejak dua hari yang lalu. Sudah dua minggu pasien merasa gelisah dan tidur agak susah. Pasien suka makan asin. Tidak ada riwayat DM & Hipertensi sebelumnya. Ayah pasien meninggal karena stroke. Tidak ada demam, mual, muntah. Tidak ada keluhan lain. Hasil pemeriksaan fisik : Tensi 160/100, Nadi 112 x/menit, tidak teratur, RR 20x/menit, Suhu 37˚C, BB 60 kg, TB 150 cm, pemeriksaan paru normal, jantung tidak membesar, S1S2 tunggal, tidak ada murmur, irama jantung lebih cepat & tidak teratur. Status neurologis normal. Lain-lain dalam batas normal. Diagnosis dokter Hipertensi stage 2 dengan aritmia Berikan terapi farmakologi dengan penulisan resep sesuai kaidah yang benar ! Jelaskan alasan pemilihan obatnya! Resep dr. Danial Habri SIP 111239286 Jl. Kedung Sroko 48 Surabaya Surabaya, 7 Oktober 2024 R/ Tab. Cap...